Kamis, 22 November 2012

Ahok: Saya Paling Tak Suka di Depan Iya-iya, di Belakang 'Menusuk'

Jakarta - Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) rupanya tidak suka pejabat tipe Asal Bapak Senang (ABS). Dia sering mempersilakan anak buahnya untuk berdebat bila tidak setuju, dengan alasan yang masuk akal. Ahok paling tak senang dengan pejabat 'Yes Man' tapi di belakang menusuk.

"Saya mohon Bapak-bapak di depan saya iya-iya di belakang cari-cari celah. Tidak dikerjain, lebih baik saya copot saya ganti orang yang saya percaya Pak. Benar Pak. Saya paling nggak suka orang seperti itu, di depan iya, di belakang nusuk," kata Ahok.

Hal itu dikatakan Ahok dalam rapat dengan Dinas Pendidikan DKI dalam video yang diunggah di Youtube, Kamis (14/11/2012) lalu, dan ditulis detikcom, Senin (19/11/2012).

Dalam video itu, sebagian besar membahas tentang Sekolah MH Thamrin, Cipayung, Jakarta Timur yang awalnya didirikan untuk warga tak mampu, kenyataannya diisi murid-murid kaya. Ahok menginstruksikan untuk merevisi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Sekolah MH Thamrin.

Dia mempersilakan anak buahnya, jajaran pejabat Disdik DKI untuk berdebat dengan alasan yang logis bila tidak setuju. Seperti memotong anggaran Sekolah MH Thamrin yang tak perlu.

"Bapak-bapak dengan sukarela memotong anggaran yang tidak perlu, menyusun secara betul dengan hati nurani Bapak, supaya kita tidak ada potong memotong. Karena saya juga manusia, Pak, beliau manusia kalau dapat pungli bisa khilaf, bisa ada emosi, saya juga sama, saya juga bisa emosi. Kalau saya khilaf, saya akan bawa semua bukti itu nanti dipenjarakan, itu emosi saya," tegas Ahok.

Ahok juga mengkritik guru-guru yang sudah memiliki Tunjangan Kesejahteraan Daerah yang tinggi, tapi masih merekrut guru-guru dari swasta.

"Kasihan sekali DKI, gurunya banyak masih pakai guru swasta. Kelebihan guru kan, gaji besar tidak perlu mengajar," tuturnya.

Tunjangan Kesejahteraan Daerah (TKD) di DKI, imbuhnya, sudah tinggi. Jadi bila ada yang keberatan, banyak guru-guru dari Bekasi dan Tangerang yang bersedia pindah mengajar di DKI.

"Tidak terima dari itu kan? Mudah-mudahan dari sini keluar saja guru-guru yang masih pungut-pungut iuran, saya harap berhenti saja dari DKI secara baik-baik, kami tanda tangan baik-baik pindah ke provinsi yang lain. Saya tidak mau waktu kami habis untuk urusan seperti ini," kata Ahok.

"Perbaiki Pak, Bapak perbaiki, Bapak sudah ngerti maunya kami, jangan buang waktu kami. Kepala sekolah hitung dengan nuraninya yang panjang. Kalau tidak, ya tolong jangan mempersulit warga DKI. Ajukan pindah saja dari DKI. Saya mohon-mohon dengan sangat, minta pindah saja dari DKI. Bapak ingatkan beliau-beliau itu, jangan sampai saya yang koreksi. Kalau saya yang koreksi saya akan putuskan di Bappeda, seperti itu siapa yang mau jalankan. Kalau tidak mau jalankan, ya kita singkirkan," tegas Ahok.

Jangan sampai, anggaran pendidikan DKI ini bocor seperti halnya anggaran di bidang kesehatan di waktu lalu. Seperti program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

"Biaya tindakan lebih mahal daripada biaya rumah sakit di swasta. Jamkesda kita tiap tahun tekor Rp 200 miliar lebih," ungkapnya.

Akhirnya, disepakati bahwa Dinas Pendidikan DKI akan menyerahkan revisi RKAS SMA MH Thamrin pada Jumat (23/11) pekan ini. Sekolah MH Thamrin merupakan lembaga pendidikan negeri terdiri dari SD hingga SMA. Menurut APBD bidang pendidikan, terdapat subsidi untuk anak-anak miskin yang pintar untuk masuk sekolah unggulan. Sekolah MH Thamrin didatangi Ahok karena terdapat kabar bahwa sekolah itu hanya diisi siswa berduit.

Ketua Komite Sekolah MHT Dedi Windiyarso mengatakan sekolahnya menjadi mahal karena menggunakan tenaga pengajar dari luar.

"Jadi biaya di sekolah ini menjadi mahal karena tenaga pengajar menggunakan tenaga dari Surya Institute. Kontrak mereka sebenarnya sudah habis sejak Agustus 2012 lalu. Tapi pengguna sekolah ini banyak yang fanatik," ujar Ketua Komite Sekolah MH Thamrin, Dedi Windiyarso, Rabu (14/11/2012).

Dedi juga menjelaskan kenapa dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) 2012/2013, anggaran untuk membayar Surya Institute yang besarnya mencapai Rp 2,06 miliar masih tercantum. Menurutnya ini merupakan bagian dari keinginan sekolah untuk mencetak guru-guru yang handal sehingga bisa menghasikan murid yang berprestasi.

"Kita ingin menjadikan sekolah ini bukan hanya mencetak murid-murid yang hebat, tapi kita ingin mencetak guru-guru yang handal serta manajemen yang transparan," terangnya.

0 komentar:

Posting Komentar