Senin, 04 Februari 2013

[REAL STORY] Di Indonesia saja ada istilah "Arisan Nasib' & 'Roller Coaster' Korupsi

PENGANTAR @TS:
Maraknya pengungkapan kasus-kasus korupsi di Indonesia beberapa tahun belakangan ini, terutama semenjak KPK dibentuk, memberikan nuansa kehidupan baru yang begitu banyak menyentuh nurani rakyat Indonesia. Mereka sepertinya terheran-heran melihat fenomena, bagaimana mudahnya orang menjadi kaya-raya dalam sekejab di negeri ini, atau menjadi Pejabat setingkat anggota Dewan dan Kepala Daerah, atau bahkan Menteri meski dulunya hanya orang biasa-biasa. Kita pasti heran manakala mendengar ada ustadz yang dulunya hanya guru mengaji dari kampung ke kampung di Medan sana, tiba-tiba menjadi menteri. Itulah dia Ustadz Tifatul Sembiring. Apalagi ketika mendengar Roy Suryo tiba-tiba diangkat pula menjadi menteri. Begitu pula, sulit bisa dicerna akal sehat dan normal, manakala ada seorang ibu rumah tangga yang hanya lulus SMP, tiba-tiba bisa menjadi Bupati Kepala Daerah hanya untuk meneruskan dinasti suaminya yang sudah lengser. Nasib manusia Indonesia memang bak bermain 'roller coaster', bisa melambung tinggi hanya dalam sekejab.

Tapi, layaknya orang bermain 'roller coaster' pula, terkadang ada yang jatuh terhempas ke bawah. Itulah yang kita saksikan beberapa waktu belakangan ini. bagaimana kisahnya bisa terjadi ketika seorang putri cantik, ratu Indonesia seperti Angelina Sondakh. Atau seorang doktor ekonomi akhli moneter, seperti Miranda. Atau seorang Jederal seperti Djoko Susilo. Atau terakhir, Luthfi Hasan Ishaaq, presiden PKS, yang kesemuanya mereka dijemput oleh petugas negara untuk dimasukkan ke dalam bui KPK. Dari orang yang sangat penting, terhormat, gallant, tiba-tiba dihempaskan ke lantai dingin sebuah penjara berjeruji. Bayangkan, bijimana perasaan anda kalau anda yang mendapat perlakuan seperti mereka. Tapi, itulah Indonesia, gan! Dulu negeri kita malah pernah saling bunuh antar sesama anak bangsa, jutaan tewas, hanya karena kita berbeda ideologi perjuangan saja! Korupsi, kalau hanya dihukum 3- 4 tahun saja, itu mah cincai aja nilai pengorbanannya dibanding perjuangan anak bangsa ini di masa lalu !



Mubarok: ‘Arisan Nasib’ Korupsi Parpol BerputarSun Feb 03, 5:48 pm

Jakarta, baratamedia – Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat (PD), Ahmad Mubarok beranggapan kasus korupsi yang melibatkan tokoh parpol diibaratkan sebuah arisan nasib. Sebab menurutnya, saat ini tak ada parpol yang bebas dari korupsi. “Itu cuma arisan nasib. Kemarin PD, sekarang PKS, terus bisa saja Golkar. Watak politik itu korupsi, masalahnya spektakuler atau tidak. Kalau di PD sih, Nazar itu dahsyat, karena dia bendahara Demokrat, tapi lebih dahsyat lagi kalau presiden PKS,” kata Mubarok usai mengikuti paparan hasil survei SMRC, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Minggu (03/02/2013).

Namun, Mubarok menepis soal kader terbanyak korupsi ada di PD. Menurutnya, fakta berbicara bahwa kader parpol yang paling banyak korupsi dari Golkar. “Fakta 2004-2012 terbanyak kadernya kena korupsi adalah pertama Golkar, kedua PDIP dan ketiga PD dan jaraknya sangat signifikan. Jadi biarlah sejarah akan terbentuk. Tapi ngaturnya fair. Arisan Nasib. Itu faktanya saja, semua partai korupsi. Saya percaya hukum universal. Silakan saja, untuk bersihin kotoran Demokrat. Kita dukung KPK, arisan nasib itu bukan konspirasi,” tutur Mubarok. Dengan demikian, lanjut Mubarok, saat ini tak ada parpol yang bebas dari korupsi. Sebab menurut Mubarok , sudah berjuang sekuat apapun, korupsi politik belum bisa dihentikan.

Mubarok mencontohkan, PKS saja yang selama ini menyatakan partai yang bersih dari korupsi, akhirnya tersandung kasus suap impor daging sapi. Tak main-main, langsung orang nomor 1 di PKS yakni Luthfi Hasan Ishaaq yang dijadikan tersangka dan ditahan KPK. “Saya iri kinerjanya PKS, kinerja yang baik, tapi tiba-tiba sejarah berubah terjadi seperti kasus kemarin,” pungkasnya.
http://www.baratamedia.com/read/2013...arpol-berputar



Nasib Pejabat Indonesia di Zaman Reformasi,
bak 'Roller Coaster' Kehidupan





Digelandang KPK, Luthfi Menghiba Minta Didoakan



Jenderal Djoko Kenakan Baju Tahanan ke KPK



KPK Tetapkan Menpora Andi Mallarangeng Tersangka Korupsi Hambalang




Miranda (kiri atas), Hartati Murdaya (kanan atas), dan Neneng (bawah) Balik ke Rutan KPK


Angie Akhirnya Dijebloskan ke Tahanan KPK



Bupati Kutai Syaukani, didepan pengadilan Tipikor.
april 2012 lalu, ada sekitar 173 Kepala Daerah yang terjerat perkara korupsi di seluruh Indonesia



Bupati Aceng Punya Waktu Satu Hari Lagi, sebelum dilengserkan akibat nikah sirri bermasalah


KPK: 60% PNS Terindikasi Korupsi
Modus yang digunakan adalah perjalanan dinas.
Selasa, 6 Desember 2011, 11:39

VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan sekitar 60 persen Pegawai Negeri Sipil (PNS) diduga melakukan tindakan korupsi dengan modus perjalanan dinas. Menurut Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, para pegawai negeri sipil ini diindikasikan melakukan korupsi disebabkan besarnya gaji yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. "Gajinya hanya cukup untuk 10 hari," ujar Abdullah Hehamahua saat memberikan sambutan dalam acara Hari Anti Korupsi Sedunia di Kantor Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa 6 Desember 2011.

KPK menilai, selama ini, para PNS yang melakukan perjalanan dinas lebih banyak dibanding waktu untuk bekerja. Bahkan, sering terdapat PNS yang memiliki laporan surat pertanggungjawaban selama 360 hari. "Itu kesempatan untuk memperoleh penghasilan," tuturnya. Masyarakat, dia menambahkan, sering menganggap reformasi birokrasi yang digulirkan pemerintah untuk mengurangi tindakan korupsi hanya terpaku pada persoalan gaji. Namun, KPK menganggap alasan tersebut hanyalah salah satu alasan munculnya tindakan korupsi. "Kami tawarkan pada Menteri Keuangan, gaji besar tapi tunjangannya tidak sampai sepertiganya," tuturnya. Sebelumnya, Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Agus Santoso mengaku syok saat sebulan menduduki jabatannya. Sebab, dia menemukan fakta indikasi korupsi miliran rupiah yang dilakukan sejumlah PNS yang terbilang masih baru. "Ada dua orang anak muda golongan III B potensial. Usia 28-38 tahun mengerjakan proyek fiktif menilep belasan miliar," kata Agus. Awalnya, Agus menduga kedua PNS ini 'bekerja' untuk atasan mereka. "Ternyata tidak, mereka bermain sendiri."
http://bisnis.news.viva.co.id/news/r...0--pns-korupsi

0 komentar:

Posting Komentar